Siapa sih yang ga pernah denger tentang Labuan Bajo? Kamu pasti sangat familiar dengan destinasi wisata di wilayah timur Indonesia ini, kan?
Ga nyangka kalau Labuan Bajo dulunya hanya sebuah kota pelabuhan di Nusa Tenggara Timur yang sepi. Eh, sekarang jadi destinasi wisata kelas dunia yang masuk dalam daftar UNESCO World Heritage. Gerbang menuju Taman Nasional Komodo ini setiap harinya sibuk menyambut turis lokal dan internasional yang ingin mengeksplor keindahan alamnya, juga melihat Komodo – hewan asli Indonesia yang hanya ada di sini.
Letak Labuan Bajo yang berada ujung Pulau Flores menjadikannya surga bagi para divers, sekaligus akses untuk menyeberang ke pulau-pulau yang ada di sekitar. Termasuk pulau Rinca, Padar dan Komodo. Labuan Bajo juga memiliki wisata alam mulai dari air terjun hingga pantai.
Berencana ke Labuan Bajo? Simak hal-hal apa saja yang menarik dan wajib kamu ketahui di sini!
Unless kamu berangkat dari pulau tetangga, seperti Bali dan Lombok, jalur udara menjadi jalur tercepat dan ternyaman untuk ke Labuan Bajo biar kamu ga tua di jalan.
Bandara udara Labuan Bajo adalah Komodo International Airport. Ada banyak pesawat domestik yang memiliki rute direct flight dari provinsi lain, ke Labuan Bajo, seperti CitiLink, Lion Air, Garuda Indonesia, juga Wings Air yang punya jadwal penerbangan dari Jakarta langsung mendarat di Komodo airport. Untuk keberangkatan dari luar negeri, pada umumnya pesawat akan transit ke Jakarta sebelum meneruskan perjalanan ke Labuan Bajo.
Kisaran tiket pesawat dari Jakarta mulai 950 ribu-an dengan durasi 2,5 jam saja. Sedangkan kalau kamu berangkat dari Surabaya, entah kenapa tiket jauh lebih mahal, sekitar sejuta plus-plus. Tapi lebih cepet ya nyampenya, hanya 1,5 jam saja.
Punya waktu panjang tapi budget terbatas? Naik kapal ferry, aja!
Kapal milik PELNI memiliki rute ke Labuan Bajo dari berbagai wilayah di Indonesia. Kalau kamu naik kapal dari Tanjung Perak, Surabaya, harga tiketnya 350 ribu per orang.
Kalau naik dari Benoa (Bali), perjalanan akan ditempuh selama kurleb 36 jam dengan harga tiket 230 ribu. Dari Lombok, perjalanan ke Labuan Bajo ditempuh dalam waktu sekitar 1 harian, dengan harga tiket 189 ribu.
Kamu juga bisa banget berangkat dari Makassar di pelabuhan Soekarno Hatta menuju Asa Kota (Bima) kemudian lanjut ke Sape lalu ke Labuan Bajo dengan harga tiket per orangnya 508 ribu dengan waktu tempuh kurang lebih 1,5 hari.
Untuk jadwal, bisa cek langsung di website Pelni ya. Tapi sebaiknya kamu meluangkan waktu lebih karena kapal ferry biasanya melakukan bongkar muat dan bisa memakan waktu lama, alias, molor.
Jalur darat menuju Labuan Bajo sebenarnya kombinasi antara darat dan laut. Selain harus naik bus, bus yang kamu tumpangin juga ujung-ujungnya naik kapal ferry. Hehe.
Bus DAMRI bakal mampir di Lombok dan Bima, dari manapun asalnya. Kalau kamu sedang maen ke Lombok, bisa banget lanjut ke Labuan Bajo naik bus dari pelabuhan Khayangan, Lombok dengan harga tiket 200 ribu sampai ke Bima, kemudian lanjut dari Bima ke Sape sekitar 2 jam-an dengan harga tiket bus 20ribu.
Driver ojol masih jarang banget ditemui di Bajo. Tapi, ada banyak alternatif lain. Bemo dan taksi terlihat lalu lalang di jalanan. Untuk taksi, kita mesti pandai tawar menawar. Kamu juga bisa menyewa mobil harian beserta supirnya di Komodo Shuttle, terutama buat yang traveling bareng keluarga atau temen-temen. Kenapa butuh rental mobil? Karena medan Flores beda ya dibandingkan kota-kota besar yang infrastrukturnya sudah tokcer. Plus, kamu ga bakal nyasar karena driver udah berpengalaman.
Penampakan Komodo dari dekat (sumber onegreenplanet.org)
Wejangan buat para pembaca. Kalau harus kasih alasan, kenapa kamu harus ke pulau Komodo?
Jawabannya cuma 1.
Karena Komodo adalah satwa kebanggaan Indonesia yang tidak bisa kamu temui di tempat lain.
Hewan endemik yang hanya ada di negara kita aja dan kamu ga bakal menemukan di kebun binatang. Pulau Komodo termasuk dalam warisan budaya UNESCO. Dan kita kesana ga perlu urus visa atau pake paspor pulak!
Hal itu juga yang mendasari Tim Jalan-Jalan Yuk untuk mengarungi samudera (ciee… cieee) hampir 4 jam lamanya buat sampai kesini!
Suasana di Pulau Komodo lumayan ramai. Sesampainya di lokasi, kita akan didampingi oleh Ranger yang merangkap tour guide. Mereka membawa tongkat panjang yang digunakan untuk memastikan keselamatan turis dan juga mengingatkan kita supaya ga deket-deket dengan Komodo. Karena biarpun hewan ini terlihat gendut, tapi sekali gigit, bisa merobek-robek badan kita, loh! Apalagi saat lapar! Kombinasi gigi tajam dan kelenjar beracun seharusnya cukup membuat para turis selalu waspada.
Di Pulau Komodo, ada 3 jalur trekking. Suka-suka mau pilih yang pendek, sedang, atau panjang. Tapi, FYI yah, Tim JJY baru ketemu sama si kadal raksasa setelah melewati jalur trekking yang terpanjang. Jadi, sebelum mulai trekking, berdoa dulu aja, biar ga susah-susah ketemu jodohnya, eh maksudnya ketemu Komodo!
Banyak yang berpikir bahwa Labuan Bajo itu ya pulau Komodo. Jadi, sekarang udah clear, ya? Untuk sampai ke Pulau Komodo, kamu harus terlebih dulu menginjakkan kaki ke kota Labuan Bajo lalu naik boat menyeberang ke pulau Komodo.
Perahunya sendiri ada beberapa jenis yang bisa kamu pilih, berdasarkan kemurahannya dan kelambatannya. Kalau kamu pilih perahu kayu yang sederhana, waktu tempuhnya pasti lama karena berjalan lambat, sekitar 3-4 jam terombang ambing di lautan.
Beda lagi kalau naik speedboat, waktu tempuh sampai ke pulau Komodo sekitar 2-3 jam saja, dengan harga sewa sejutaan.
Yang lebih mevvah lagi? Adaa. kamu bisa sewa 1 kapal dengan open deck, seharga 4 jutaan per hari. Di Labuan Bajo, mayoritas wisatawan membeli paket tur sekaligus transportasinya. Jadi disini sangat jarang menyewa kapal sendiri. Di Bajocrewtour dan GotravelaIndonesia misalnya, mereka menyediakan paket lengkap dan kamu tinggal pilih mau berapa lama dan harga yang mana.
Untuk jalan-jalan yang lebih hemat, ada banyak vendor yang menyediakan open trip Labuan Bajo maupun paket tur Labuan Bajo dengan tempat-tempat menarik. Kamu bisa patungan dengan teman, atau patungan dengan turis lain. Jadi urusan berangkat sampai makan siang sudah tidak perlu dipusingin lagi.
Hal ini juga berlaku untuk pulau-pulau di sekitarnya yang akan kita bahas di bagian lain dalam artikel ini.
Di pulau Komodo, kamu juga bisa mampir ke pantai Pink. Pantai ini jadi idaman para wisatawan mengingat keunikan warna pasirnya yang merah muda akibat campuran terumbu karang. Yang dilakuin disini? Ya berenang, dong. Snorkeling juga sangat dianjurkan mengingat lautnya jernih banget.
Sekelumit penampakan pulau Taka Makassar menyerupai bulan sabit (sumber islander.io)
Eits! Kita bukan kesasar di Sulawesi Selatan, ya. Taka Makassar masih berada di kawasan wisata Labuan Bajo, kok. Hehe..
Pulau mungil tak berpenghuni ini sering banget terlewatkan! Padahal jaraknya sangat dekat dengan pulau Komodo, karena memang masih masuk wilayah Taman Nasional Komodo. Pulau ini sebenarnya tanah yang muncul saat kondisi air sedang surut sekitar jam 12 siang sampai jam 3-an. Karena tidak semua tour bakal hinggap kesini, hanya segelintir paket tour yang memasukkan Taka Makassar dalam list mereka, termasuk travel agent Panorama Destination.
Masih berdekatan dengan pulau Komodo. Manta Point adalah spot diving dan snorkeling yang digemari wisatawan karena banyak Reef Manta berkeliaran. Kamu bisa menyelam dan menikmati eksotisme kehidupan laut yang beraneka ragam, seperti terumbu karang besar, penyu, ubur-ubur dan kalau beruntung, kamu bisa ketemu dan berenang bareng ikan manta yang gedeee banget. Tercatat ukuran manta terbesar yang pernah ditemui oleh penyelam adalah 3 meter.
Sekelompok Reef Manta mengelilingi perahu (sumber helloflores.com)
Kombinasi padang rumput dan laut biru menghiasi pulau Rinca (sumber wikipedia.com)
Apakah pulau Rinca sama dengan pulau Komodo atau Padar? Pertanyaan ini sering dilontarkan oleh netijen lantaran pulau Rinca sering disamakan dengan pulau Komodo. Beda lokasi ya, gaes. Yang pasti, pulau Rinca harus wajib hukumnya untuk dikunjungi.
Di pulau Komodo, highlight wisatanya adalah hewan Komodo dan dari segi pemandangan, pulau Komodo lebih mirip hutan dengan semak-semak. Sedangkan pulau Rinca itu mostly padang rumput. Meski tetanggaan dengan Pulau Komodo, suasananya sangat berbeda.
Pulau Rinca juga lebih ramah wisatawan karena sudah dibangun banyak fasilitas mulai dari toilet, penginapan ala homestay dan juga warung-warung menjual makanan sederhana. Aktivitas yang bisa dilakukan di pulau ini hampir sama dengan Pulau Komodo, yaitu, trekking, snorkeling, dan pastinya, ketemu sama Komodo, dong!
Karena alam yang terbuka, cuaca di pulau Rinca bisa sangat terik dan menyengat kulit. Jadi, kalau ga mau kulitmu kering bersisik kayak komodo, jangan lupa pakai sunblock, bawa topi, syal, dll.
Uniknya pulau Padar dengan pantai yang berkelok-kelok (sumber discoverykomodoadventure.com)
Next, kita ke Pulau Padar Labuan Bajo.
Coba deh ambil duit 50ribu yang ada di dompet kamu. Pasti sama dengan apa yang kamu lihat disini! Karena emang itu adalah gambar pulau Padar.
Pulau Padar menjadi salah satu highlight wisata pulau Komodo karena menawarkan lanskap unik. Pulau ini berbukit-bukit seperti padang rumput dan anehnya, pantai di sisi kiri dan kanan punya tekstur dan warna pasir yang berbeda.
Ada 3 pantai yang mengelilingi pulau Padar. Yang satu pasirnya putih halus, satu lagi pantai berpasir vulkanis berwarna hitam, dan yang terakhir pantai berwarna pink akibat campuran dari terumbu merah.
Kalau kamu berangkat dari Labuan Bajo langsung ke Padar, waktu tempuhnya cukup lama ya, hampir 4 jam. Dari pulau Rinca, bisa langsung otw kesini cuma 1,5 jam. Daaan hanya butuh waktu 1 jam saja buat mengelilingi pulau Padar. Kecil! Tapi pemandangannya megah banget.
Dari pantai, kamu bisa trekking selama kurang lebih 30 menit menaiki anak tangga sebanyak kurang lebih 300 buah (Cape? Iya!) ke perbukitan yang tidak berpenghuni untuk bisa melihat view laut yang fantastis dari puncak.
Air laut yang jernih juga membuat acara snorkeling jadi seru. Kalau sedang beruntung, kamu bisa berpapasan dengan ikan pari dan penyu.
30 menit naik speed boat dari pulau Padar, terdapat pantai Pink yang dinamakan Long Beach. Pemandangannya unik karena latar belakang pantai ini berupa padang sabana. Disini kamu bisa berkubang di laut yang dangkal, snorkeling ataupun menikmati sunset.Selain pink beach di pulau Komodo, Pink beach dekat pulau Padar ini juga layak banget dikunjungi, ya! (sumber theworldtravelguide.com)
Berjemur dulu (sumber instagram@Sigit_sugiyono)
Kalau ke Pulau Komodo, kamu akan melewati Pulau Kanawa. Kalau tidak lewat? Pastikan lewat deh! Sayang banget kalau melewatkan pulau ini. Naik speedboat dari Labuan Bajo memakan waktu 1 jam dengan kapal boat. Harga per boat 250 ribu. Per boat ya, bukan per orang.
Buat yang suka berpetualang sendiri, bisa juga menyewa speed boat seharga 60ribu.
Pulau kecil yang dikelola secara private oleh orang Italia. Konon saat ini sudah dikelola oleh warga lokal. Pasir yang putih dan laut yang biru menjadi daya tarik pulau Kanawa. Banyak wisatawan yang mampir kesini untuk sekedar jalan-jalan santai menikmati matahari atau menyelam di laut yang tenang untuk bertemu hewan-hewan laut berwarna warni, termasuk baby sharks du du du du du du…
Saatnya kalong-kalong beterbangan mencari makan (sumber kataindonesia.com)
Mumpung island hopping, kamu bisa sekalian mampir ke Pulau Kalong sebelum kembali ke Labuan Bajo lagi. Pulau kecil tidak berpenghuni ini dinamakan kalong karena memang banyak kalong/ kelelawar yang beterbangan menjelang sore hari menghiasi langit jingga. Wah, bener-bener surreal rasanya. Sayangnya, kita tidak diperbolehkan untuk menjelajahi pulau ini mengingat sebagian besar wilayahnya masih terdiri dari hutan mangrove yang lebat.
Pulau Kalong bisa dimasukkan ke dalam itinerary dan dikunjungi paling terakhir sebelum kembali ke Labuan Bajo.
Sama seperti pulau Kanawa, kamu juga bisa menyewa speed boat untuk ke pulau Kalong, karena jaraknya memang dekat, hanya 1 jam saja.
Setelah perahu parkir di tepi pantai, dimulailah pendakian kita ke puncak (sumber jonnymelon.com)
Untuk menaklukkan pulau kelor, kamu harus kerja keras bagai kuda! Karena medan pendakiannya sangat menanjak dan menguras tenaga – lebih-lebih ketika matahari Flores sedang teriknya. Tapi pemandangan dari atas sangat menakjubkan dan ini sudah terbukti dari raut wajah setiap pengunjung sesampainya di puncak bukit yang senyam senyum sumringah.
Dari Labuan Bajo, perjalanan memakan waktu kurang lebih 1 jam dengan speed boat menuju Pulau Kelor. Yang perlu dipersiapkan adalah sepatu hiking yang tidak licin, topi, sunblock, dan air minum. Karena lokasi yang cukup terpencar dari wilayah TN Komodo, kamu bisa mengalokasikan waktu sendiri secara terpisah untuk ke pulau Kelor.
Salah satu kapal Phinisi yang digunakan untuk menjelajahi pulau Komodo dan sekitarnya (sumber helloflores.com)
Nah, ini adalah salah satu kegiatan seru yang bisa kamu lakukan di Labuan Bajo. Mengelilingi pulau-pulau sekitar dengan kapal phinisi dan merasakan tidur di kapal phinisi layaknya bajak laut seperti di film Pirates of Caribbean.
Durasi menginap selama perjalanan bergantung berapa hari kamu keliling pulau. Tapi biar liburannya maksimal, paling tidak luangkan waktu 2 malam, lah, di atas kapal supaya kamu punya banyak waktu mengeksplor keindahan setiap pulaunya.
Konsep Live on Board ini cocok buat kamu yang pergi dalam rombongan besar. Karena sewa kapal ini lumayan mahal, sekitar 8 juta untuk kapal kecil. Nah. Kalo kamu berangkat ber-8, harganya jadi lebih murah karena per orang hanya perlu membayar 1 juta saja untuk menginap, makan dan menikmati fasilitas yang ada di paket tour.
Trus tidurnya gimana?
Sama seperti hotel yang ada di daratan.
Di dalam kapal phinisi ini fasilitas kamarnya cukup lengkap dengan ranjang springbed, kamar mandi, juga sarapan. Buat yang doyan snorkeling dan diving, Live On Board bisa jadi pilihan tepat karena kamu akan diajak untuk mengarungi laut dan berhenti di spot-spot menarik seperti pulau Padar, Rinca dan Komodo. Jadi, bangun tidur ku terus nyebur. Seru, kan?
Yang harus dipersiapkan saat live on board adalah, kondisi badan yang fit karena kalau tidak, bisa mabuk laut. Selain itu, kondisi laut yang tidak menentu membuat kamu harus selalu waspada.
Untuk Live on Board, kamu bisa menanyakan langsung ke hotel tempat kamu menginap. Atau, kamu juga bisa memesan via Booking.com. Untuk Live on Board memang sebaiknya memesan jauh-jauh hari supaya kamu juga bisa planning dengan baik. Tapi kalau memang ingin acara dadakan, bisa juga hubungi Segara Live A Board yang menyediakan banyak paket mulai dari private trip, open trip dan juga family trip.
Gua Rangko memiliki air berwarna biru yang berpendar (sumber theworldtravelguy.com)
Gua Rangko terletak di desa Rangko, Tanjung Boleng, Manggarai, 35 menit dari airport. Untuk sampai ke gua ini, kamu harus melewati jalan darat dulu menuju desa Rangko, lalu dilanjutkan dengan kapal motor kecil sampai ke lokasi 300 ribu PP untuk harga 1 perahu.
Sesampainya di gerbang, kamu masih harus berjalan kaki sekitar 4 sampai 5 menitan. Nah, bagian inilah yang lumayan menantang karena karena harus melewati bebatuan terjal.
Setelah berpanas-panasan menuju Gua Rangko, saatnya berendem!
Gua ini hanya mengandalkan pencahayaan alami dari sinar matahari. Untuk menuju ke Gua Rangko, sebaiknya charter perahu yang berangkat sekitar jam 10. Jadi, waktu terbaik untuk berenang ya siang hari sekitar jam 12. Panas? Oh, tentu tidak! Gua ini tertutup bebatuan alami, stalagtit dan stalagmite, sehingga di dalam terasa dingin dan lembab.
Cahaya matahari masuk melalui celah-celah gua (sumber klook.com)
Kalau Gua Rangko relatif sepi pengunjung, berbeda dengan Batu Cermin. Karena letaknya yang di tengah kota Labuan Bajo, gua ini ga pernah sepi pengunjung baik turis lokal maupun bule.
Perjalanan ke Batu Cermin juga cepat, hanya 15 menit dari airport Labuan Bajo. Dari pintu gerbang Gua Batu Cermin, kita harus jalan kaki dulu memasuki hutan. Tapi ga perlu panik, karena jalannya udah mulus berpaving. Dan sepanjang jalan setapak ini juga gak panas sama sekali karena dipenuhi pepohonan tinggi dan lain seperti bambu berduri.
Sesampainya di lokasi Gua Batu Cermin, kamu akan diberikan helm dan lampu senter yang biaya sewanya sudah kamu bayar dengan tiket masuk 20ribu.
Setelah kamu memasuki gua ini, kamu baru akan menyadari kenapa disebut Batu Cermin. Itu karena di dalam gua yang lumayan gelap, sinar matahari yang masuk lewat celah-celah langit-langit gua menimbulkan refleksi cahaya ke dinding batu dan berbentuk seperti cermin.
Wisata alam Labuan Bajo ini juga termasuk wisata sejarah. Ditemukan oleh Pastor sekaligus arkeolog Theodore Veerhoven di tahun 1951, Batu Cermin memiliki sejumlah fosil penyu di dinding dan terumbu karang yang kemungkinan sudah berada di sana sejak lama.
Tidak cuma itu, stalagtit dan stalagmit di dalam gua ini tampak berkilau karena banyak kandungan garamnya. Jadi, kalau kamu lihat ada yang berkilau di dalam sana, itu bukan kristal Swarovski, ya!
Air terjun Cunca Rami yang masih alami (sumber tripadvisor.com)
Next! Setelah blusukan ke gua, kita mendatangi air terjun Cunca Rami yang menyegarkan. Masih di sekitaran Manggarai Barat, lokasi air terjun ini cucok bagi para pecinta alam yang gemar berpetualang dan suka tantangan, karena untuk sampai ke air terjunnya, kamu harus menyusuri hutan kawasan gunung Mbeliling.
Tapi jangan khawatir, akses dari bandara menuju Cunca Rami sudah cukup mudah dan beraspal. Hanya saja, spare waktu yang lebih untuk ke Cunca Rami karena PP butuh waktu kurang lebih 2,5 jam. Disini kamu juga bisa belajar tentang botani karena lokasinya menjadi budidaya pohon kemiri dan vanili. Nah loh, tau ga bentuknya gimana?
Sesampainya di air terjun Cunca Rami, kamu akan melihat kolam di dasar, yang bisa kamu gunakan untuk berenang, tapi hati-hati ya, karena bebatuan disana lumayan licin. Perlu diketahui, tempat ini masih belum sepenuhnya dikembangkan oleh pemerintah. Jadi, tempat ganti pakaian dan lokasi wisatanya sangat alami, alias seadanya.
Biar acara jalan-jalan kamu tetap nyaman dan ga ribet, kamu bisa membeli paket tour yang mencakup mobil kesana, lunch, snack, dan pemandu berpengalaman. Harga paket tur ke Cunca Rami dengan fasilitas tersebut sekitar 1 juta per orang. Kalau mau tur private, ya lebih mahal lagi jatuhnya.
Bukit Cinta dilihat dari atas (sumber wanderersandwoarriors.com)
Pemandangan di Bukit Cinta Labuan Bajo dijamin bikin auto iri dan dengki. Bukit-bukit yang tinggi menjulang ini seperti hamparan karpet hijau yang luassss banget. Dari atas bukit Cinta, kamu bisa melihat perahu-perahu nelayan yang melaut. Tempat ini bakal ramai pengunjung menjelang sore. Itu karena Bukit Cinta menyediakan spot menikmati pemandangan sunset yang indah sekali. Gimana ga indah?
Kalau di tempat lain hanya sunset di pantai, atau sunset di gunung saja. Di Bukit Cinta, kamu dapet dua-duanya!
Kalau kamu mendaki pas musim hujan, bebukitan ini akan berwarna hijau asri. Memasuki musim kemarau, pemandangan berangsur-angsur berganti jadi padang pasir kecoklatan, yang ga kalah bagusnya. Lokasi bukit Cinta yang berada di pinggir jalan juga sangat mudah untuk ditemukan apalagi cuma 15 menit saja naik mobil dari airport. Kamu tinggal melipir di pinggir jalan, memarkir kendaraan dan mulai pendakian di jalan setapak.
Penampakan Bukit Sylvia dari salah satu sudutnya (sumber instagram@amelia_litmantoro)
Nah, dua bukit ini letaknya bersebelahan hanya beda ketinggian. Kamu bisa pilih mendaki ke bukit yang mana buat melihat laut Flores dan sekitarnya. Kalau bukit Sylvia, tingginya kurang lebih 30 meter sedangkan bukti Sylvia, lebih tinggi lagi. Jadi, kamu bisa menyesuaikan dengan waktu dan jadwal yang kamu punya. Kedua bukit ini cocok didatengin pas sunrise maupun sunset.
Flores tidak melulu seputar Komodo dan pantai. Kalau di Ubud terkenal dengan pemadangan terasering sawah berundak-undak, di desa Cancar, Manggarai, juga punya sawah yang bentuknya unik menyerupai sarang laba-laba. Bentuknya bulat dan berpetak menandakan pembagian lahan (lodok) sesuai pemiliknya.
Sawah Lingko merupakan area pertanian yang mencerminkan budaya turun temurun bercocok tanam. Untuk melihat pola sarang laba-laba ini, kamu harus mendaki bukit selama 10 menit. Warga lokal dengan senang hati mengantarkan kamu ke spot paling bagus buat melihat pemandangan sawah Lingko dari ketinggian.
Lokasi Sawah Lingko berada di samping jalan tol Transflores. Dari Labuan Bajo ke arah Ruteng hingga sampai di kaki bukit Weol kurang lebih 3,5 jam naik mobil. Dari sini, lakukan pendakian 5 menitan sampai ke puncak. Agar pengunjung ga capek, sudah dibuat anak tangga sepanjang jalur pendakian lalu diteruskan dengan jalan setapak sebentar saja. Sampe deh!
Tuh, pemandangan di atas bukit Wae Rebo (sumber helloflores.com)
Wae Rebo berada di desa Manggarai. Meski kampung ini sederhana, tapi Wae Rebo sudah tersohor sampai ke Eropa, loh! Kampung ini mencatat ada ratusan turis Eropa per tahun yang rela terbang jauh-jauh, mendaki medan yang terjal, hanya untuk melihat keindahan Wae Rebo!
Yang ikonik di kampung ini yaitu 7 rumah adat yang masih menggunakan kayu dan bambu dan berbentuk cone. Yang lebih dramatis lagi, lokasinya yang berada di hamparan hijau di atas bukit – semakin bikin kagum!
Trekking menuju Wae Rebo membutuhkan kondisi fisik yang sehat karena kamu butuh waktu 3 jam untuk sampai ke perkampungannya (4 jam kalo banyak berhentinya). Jadi, kalau kamu merasa kurang fit atau masuk angin, sebaiknya dikerokin dulu, ya, sebelum naik. Jalan menanjak yang ekstrim lumayan menghabiskan tenaga. Apalagi infra struktur jalannya masih sangat jadul, berupa tanah dan bebatuan. Hindari bawa barang banyak. Tapi kalaupun kamu bawa barang 1 lemari, kamu bisa sewa porter yang angkutin barang-barang kamu sampe ke atas.
Kendaraaan apapun akan berhenti di Desa Denge dan kamu harus melanjutkan perjalanan dengan kaki, atau bisa sewa tukang ojek untuk shortcut. Tapi tetap saja, motor hanya bisa sampai pos pertama. Selanjutnya? Jalan kaki. Sepanjang perjalanan, ada beberapa pos yang bisa kamu gunakan untuk istirahat sebelum lanjut. Oya, jangan lupa membawa makanan dan minuman sendiri. Plus, uang tunai yang banyak, kali aja kamu pengen memborong hasil tenun warga desa Wae Rebo karena disini tidak ada ATM. Satu lagi yang terpenting, pakai alas kaki khusus dan perlengkapan hiking.
Karena sudah menjadi destinasi wisata, ada banyak hal yang bisa kamu lakukan di Wae Rebo. Salah satunya, menginap di dalam rumah adat (tapi pengunjung dibatasi), atau homestay di rumah warga dan sarapan dengan menu ala Wae Rebo.
Sekali lagi, karena sudah jadi tempat wisata yang komersil, harga penginapan di Wae Rebo relatif mahal, sekitar 375 ribu per orang. Tapi untuk pemandangan alam sekelas Wae Rebo di pagi hari, harga itu sangat worth it. Apalagi biaya itu bisa membantu perekonomian warga desa disana.
Di Wae Rebo, kamu wajib menyewa tour guide. Selain membantu perekonomian penduduk lokal, kamu bakal dapat banyak cerita tentang perkampungan ini, yang tidak bisa kamu dapatkan hanya dengan berlalu lalang aja.
Untuk lebih praktisnya, kamu bisa mengikuti tur lengkap dengan tour guide-nya. Harga paket mulai 3 juta untuk 2D1N – sudah termasuk biaya homestay, snack dan makan. Plus dapat upacara sambutan dari warga Wae Rebo. Untuk melihat paket apa saja yang ditawarkan, cus ke topwisatakomodo.com
Anak-anak desa Liang Ndara sedang menari Kerangkuk Alu (sumber len-diary.com)
Di kampung Melo, Liang Ndara, kamu akan belajar banyak tentang masyarakat Labuan Bajo. Mulai dari kegiatan mereka sehari-hari juga adat Manggarai Barat yang masih terjaga. Kamu bisa kepoin rumah warga dan mempelajari alat musik tradisional
Lokasi perkampungan ini tidak jauh dari Cunca Rami. Jadi, pas banget untuk dimasukkan ke dalam itinerary kamu. Desa yang baru saja dijadikan destinasi ekowisata ini menawarkan keasrian lingkungan juga aneka tarian yang dipentaskan oleh warga setempat, seperti tari Caci dan Kerangkuk Alu. Disini kamu juga bisa melihat langsung para perempuan desa menenun dan menganyam dengan cara tradisional, sekaligus membeli kain hasil tenun untuk oleh-oleh.
Anak-anak desa Liang Ndara sedang menari Kerangkuk Alu
Kampung Bena Bajawa berada di kabupaten Ngada, tepatnya berada di lembah yang diapit gunung Inierie dan Suralaki. Desa ini benar-benar jauh dari modernitas dan masih sangat kental dengan suasana Megalitikum. Satu hal yang paling unik adalah bagaimana mereka memperlakukan bangunan rumah layaknya manusia. Setiap rumah diberi nama seperti Ata untuk laki-laki dan Anaye untuk perempuan.Aura kampung Bena yang menawan (sumber goodnewsfromindonesia.id)
Ritual membangun tiap rumah ini juga unik. Basa Matakaka adalah seremoni untuk membangun rumah yang dimulai dengan nyanyian syair dan mengorbankan babi. Darah babi digunakan untuk melumuri kapak dan peralatan yang akan digunakan untuk membangun rumah. Uniknya lagi, semua rumah di Bena Bajawa terbuat dari kayu lokal dan tidak ada material yang didatangkan dari luar.
Setidaknya luangkan waktu 2 hari untuk menghabiskan waktu di Kampung Bena. Karena perjalanannya kesana dari Labuan Bajo saja sudah makan waktu 8 jam. Kamu bisa menghabiskan waktu menikmati keindahan pemandangan gunung Inierie. untuk penginapan, kamu bisa ke Manulalu bed and breakfast yang menyajikan view gunung Inierie dari meja makannya!
Menikmati sunset dari dalam kamar (sumber booking.com)
Hotel La Prima berhadapan langsung dengan laut Flores. Hanya butuh 5 menit saja untuk jalan kaki ke pantai Pede. Dengan harga 550ribu-an, kamu bisa mendapatkan kamar yang luas dengan varian menu breakfast yang cukup beragam.
Suasana outdoor pool yang seger di Luwansa Hotel (sumber booking.com)
Lokasi Luwansa Hotel Labuan Bajo sangat dekat dengan Komodo airport. Fasilitasnya lengkap, termasuk kamar dengan sea view. Dari hotel ini, kamu bisa menyewa boat sekitar 4 jam menuju pulau Komodo. Harga mulai 400ribu-an.
Duduk-duduk di pinggir kolam renang sambil menikmati sunset (sumber kayak.com)
Sylvia Hotel & Resort Komodo jaraknya sangat dekat dengan Pantai Waicicu yang menawan. Dengan harga kamar mulai 500ribu-an, kamu sudah bisa mendapatkan fasilitas lengkap termasuk breakfast dan kolam renang outdoor yang menghadap ke pantai. Sylvia Hotel Labuan Bajo cocok untuk staycation hemat bersama keluarga.
Kamar dengan private pool yang menghadap ke pantai (sumber sudamalaresorts.com)
Pengen rebahan ala anak pantai dengan suasana yang lebih privat dan jauh dari keramaian kota? Konsep penginapan ala Le Pirate bisa membuat pengalamanmu ke Labuan Bajo makin seru.
Le Pirate memiliki beberapa hotel di Lombok, Bali dan Labuan Bajo. Dengan mengusung tema yang sama, hotel ini bernuansa clean, dominan warna putih dan biru turqoise – sangat pas dengan suasana pantai yang tropis. Untuk mencapai resort ini, kamu hanya butuh naik speed boat dari pantai Labuan Bajo dengan waktu perjalanan satu jam saja.
Le Pirate menawarkan kenyamanan dengan lokasi strategis dekat dermaga. Buat kamu yang lagi honeymoon, kamu bisa memilih boatel – kamar cabin waterfront dengan konsep floating dan tangga turun langsung ke laut. Menginap bersama keluarga? Le Pirate memiliki beberapa pilihan kamar dengan street view yang comfy banget. Selain itu ada bar dan resto yang siap memanjakan perut. Harga per malam mulai 1,2 juta-an.
Salah satu kamar dengan balkoni yang ada di Bintang Flores Hotel (sumber booking.com)
Bintang Flores Hotel Labuan Bajo memiliki gaya interior kamar yang modern dengan perpaduan alam di sekitarnya. Pilihan room juga banyak mulai dari 2 single bed, hingga 2 king bed untuk yang sedang liburan rame-rame. Hotel ini juga memiliki akses pribadi menuju pantai Pede dari belakang. Menu makanan di restorannya pun beragam, dari seafood hingga makanan khas Indonesia lainnya. Harga menginap di hotel Bintang Flores Labuan Bajo per malamnya sekitar 950ribu-an.
Akses menuju pantai dari Puri Sari Beach Hotel (sumber agoda.com)
Hotel yang terletak di pantai Pede ini memiliki konsep arsitektur alam dan tradisional. Semua kamar di hotel ini memiliki balkoni pribadi dengan sea view. Kolam renang yang cozy dan banyak ruang outdoor membuat suasana di dalam hotel sangat melegakan.
Kamar cottage yang cozy abis (sumber agoda.com)
Yang ingin liburan mevvah atau staycation, cus ke Plataran Labuan Bajo. Resort ini masih satu manajemen dengan Plataran Bromo dan Plataran Borobudur. Menawarkan konsep penginapan cottage dengan beachfront dan teras pribadi untuk melihat keindahan alam Labuan Bajo dari dekat. Konsep kamar yang spacious bergaya tradisional bikin kamu semakin mager. Hotel mewah ini memberikan fasilitas lengkap termasuk restoran dan bar di dalam resort. Kamu juga bisa booking untuk sewa kano dan snorkeling dan pihak hotel yang akan membantu mengurus semuanya.
Kamu pasti pengen duduk-duduk di dermaga itu, kan (sumber booking.com
Kamu pasti sudah familiar dengan Ayana. Selain ada di Jimbaran, Bali, resort ini juga ada di Labuan Bajo. Hotel dengan harga per kamar mulai 4 juta ini selalu totalitas dalam menyediakan fasilitas. Hotel ini mendapatkan penghargaan Traveller´s choice 2020 dari Trip Advisor. Pemandangan alam Flores plus hospitality yang ditawarkan hotel ini membuat kamu ogah pulang.
Selain akses menuju pantai Waecicu dari dalam hotel, kamu bisa menikmati pemandangan sambil main kano atau sekedar berjemur di tepi pantai. Tersedia juga deck di atas laut in case kamu pengen view yang fantastis saat Yoga.
Kamar dengan private pool yang menghadap ke pantai (sumber booking.com)
Sudamala Resort menawarkan eksotisme Labuan Bajo yang bisa kamu nikmati secara pribadi. Untuk kesini, kamu harus naik boat khusus tamu hotel dan akan disambut oleh staf begitu menginjakkan kaki di dermaganya. Selain akses menuju pantai. Sudamala juga memiliki kolam renang air laut. Dari harga 3 jutaan per malam, kamu bisa memilih kamar dengan connecting door atau dengan swimming pool yang menghadap ke sunset. Seharian di dalam hotel ga akan terasa karena ada banyak kegiatan seperti spa atau gym, juga kegiatan outdoor seperti snorkeling atau diving. Kamu juga bisa jalan sore-sore di dermaga sambil berfoto ria.
Se’i Babi 1 (sumber wikipedia.com)
Mendengar kata Sei, langsung terngiang daging asap empuk khas NTT. Sebenarnya, Sei adalah teknik memasak daging dengan cara yang tradisional, yaitu dengan dijemur, digarami, kemudian diasap memakai kayu bakar dan butuh waktu berjam-jam untuk mematangkan dagingnya. Ga heran jika Sei bisa tahan lama.
Apa bedanya dengan smoked beef? Tentu beda, dong. Teknik pengasapan Sei menjaga nutrisi daging dan cita rasanya. Jadi ga cuma rasa asin saja. Dagingnya juga bisa daging babi atau sapi. Nah, setelah matang, daging masih harus ditumis menggunakan rempah-rempah dan Rumpu Rampe. Disajikan dengan sup Brenebon (kacang merah dan sayur) sebagai pelengkap.
Rumpu-Rampe (sumber blog.sayurbox.com)
Masih seputar daun pepaya. Rumpu Rampe ini makanan vegan lokal yang lezat tapi tidak untuk yang galau hatinya. Hehe. Rasa dominan pahit dari daun pepaya memang hanya segelintir orang saja yang doyan. Kalau kamu demen sama sayur pare yang pahit, kamu bakal suka banget dengan Rumpu Rampe. Perpaduan tumis daun pepaya, bunga pepaya, daun singkong dan daun kelor serta rempah-rempah yang membuat sedap, menciptakan masakan yang sederhana tapi unik.
Kolo-Khas-Labuan-Bajo (sumber labuanbajotour.com)
Bagi yang tinggal di Jawa, Kolo atau Tapa Kolo akan mengingatkan kamu pada lontong. Bedanya, kolo memiliki rasa gurih karena sebelum dimasukkan ke dalam bambu dan dibakar, nasinya sudah dibumbui. Hampir di setiap rumah makan Labuan Bajo pasti menyediakan menu ini.
Jagung bose (sumber forloveofthetable.com)
Ini dia, corn soup khas Labuan Bajo! Campuran jagung, kacang merah dan kacang tanah, plus kuah terbuat dari santan ini tidak bisa kamu temui di wilayah lain selain di NTT. Menu ini juga cocok buat kamu yang sedang diet nasi karena semangkok Jagung Bose bisa menggantikan asupan karbo. Kapan lagi bisa jalan-jalan sambil makan sehat?
roti-kompiang (indonesia.allabout.city)
Kalau kamu mampir di kedai kopi Mane, secangkir kopi selalu ditemani oleh roti Kompiang. Roti bulat yang terbuat dari tepung terigu dan ditaburi wijen ini sangat mudah ditemukan di Flores. Jangan kaget ya waktu makan, roti ini memang teksturnya keras. Jadi kesalahan bukan pada gigi Anda! Lebih enak kalau dicelupin susu atau kopi panas.
Klub malam yang satu ini tidak pernah sepi pengunjung yang ingin menikmati suasana pantai sambil party, terutama saat weekends. Tidak hanya makanan yang menggugah selera, pemandangannya itu, loh! Bikin males pulang! Letaknya memang bukan di pesisir pantai, tapi di atas bukit. Dan ini yang membuat view-nya keren. Dari Paradise Bar, kamu bisa melihat langsung pemandangan cantik nan eksotik pulau-pulau di sekitar, sambil mengamati perahu-perahu di laut dari kejauhan.
Buka mulai jam 5 sore, tepat saat matahari mulai tenggelam. Bener-bener pas deh dengan namanya, Paradise Bar! Kamu bisa menikmati racikan cocktail atau menyantap kuliner khas lokal, seperti ikan bakar, hingga makanan khas Eropa.
Sunset di Paradise Bar (sumber museumofwander.com)
● Untuk para pemburu sunset, sunrise, dan cuaca cerah, waktu terbaik buat kamu adalah Mei sampai Juli disaat musim kemarau.
● Sementara buat pemburu savanna hijau dan nggak keberatan hujan-hujanan selama berpetualang, maka kamu mungkin akan lebih suka pemandangan savana di bulan Oktober sampai November.
Musim Kemarau di Labuan Bajo sering disebut dengan Yellow Season. Jika kamu datang saat Yellow season, maka bukit-bukit seperti Sylvia, Cinta dan Amelia akan tertutup padang rumput yang menguning. Yellow season dimulai di bulan Mei hingga Juli.
Musim hujan di Labuan bajo disebut dengan Green Season. Saat ini, wilayah perbukitan di NTT akan berwarna hijau asri dari bulan Februari hingga April. Masing-masing season punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Jadi, sebaiknya sesuaikan dengan itinerary kamu.
Jika salah satu spot yang kamu kunjungi termasuk kampung Wae Rebo, sebaiknya datang saat musim panas karena medan yang menanjak membutuhkan kerja ekstra keras dan akan semakin sulit dinaiki saat musim hujan.
Kamu bisa membawa peralatan snorkeling sendiri atau menyewa di tempat. Jangan lupa memakai alas kaki yang khusus dan nyaman untuk hiking.
Agar aktivitas island hopping tidak terhambat haus dan dehidrasi, kamu bisa membawa beberapa botol minum yang terisi penuh karena hampir di semua pulau tidak ada warungnya.
Jangan lupa membawa sunblock, kacamata dan topi untuk kenyamanan jalan-jalan kamu saat musim kemarau. Suhu udara yang panas bisa membuat terik matahari terasa menusuk kulit. Pakai kaos dan celana yang berbahan ringan dan menyerap keringat kaya katun. Jangan jeans!!