Pernah nggak sih bokap atau nyokap nyanyiin lagu Negeri di Atas Awan-nya Katon Bagaskara? Lagunya enak banget ya (tapi kalau suara bokap-nyokap bagus loh ya hehe), tapi pernah kepikiran nggak sih lagu itu ngomongin soal apa? Negeri di Atas Awan benar-benar ada? Kalau ada, di mana?
Ternyata nih, Lagu Negeri di Atas Awan merujuk ke salah satu destinasi favorit di Jawa Tengah yaitu Dieng. Dieng terletak di antara Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Lokasinya yang tepat berada di dataran tinggi vulkanik membuat Dieng terkenal dengan pemandangan alamnya, termasuk kawah, telaga, pegunungan, hingga candi-candi Hindu yang bersejarah.
FYI, karena terletak di dataran tinggi, cuaca di kawasan Dieng bisa dingin banget lho! Bahkan bisa sampai minus 2 derajat Celsius di musim panas! Jadi, jangan lupa bawa baju hangatnya ya! Oiya, kalau kamu beruntung, kamu bisa juga lo menyaksikan fenomena embun es di musim kemarau.
Udah kepikiran datang ke Dieng, menyaksikan fenomena embun es, terus nyanyi Let It Go sambil pose ala-ala Elsa “Frozen”? Eh, tapi belum tau transportasi yang pas untuk berangkat ke Dieng?
No worries! Nggak cuman Roma yang punya banyak jalan buat kita ke sana, banyak juga lo jalur transportasi yang bisa kamu pilih untuk bisa sampai di Dieng.
Dari Jakarta, kamu bisa naik bus Sinar Jaya atau Dieng Indah dengan harga tiket bus berkisar antara Rp120.000 – Rp180.000. Kamu bisa pilih terminal bus apapun dari Jakarta (Kalideres, Lebak Bulus, Pondok Pinang, Rambutan, dan Pulo Gebang), tapi make sure tujuanmu ke Terminal Mendolo (Wonosobo) ya!
Sebenarnya kamu bisa pilih rute ke Kota, tapi enaknya berhenti di terminal adalah kamu bisa istirahat sejenak sambil menikmati beberapa fasilitas di terminal, misalnya toilet, tempat beribadah, dan tentunya petugas yang bisa kamu tanyai informasi terkait Dieng. Perlu diingat, perjalanan ke Dieng dari Jakarta via bus bisa memakan waktu 12 jam. So, siapin badan supaya tetap fit selama perjalanan ya.
Selain dari Jakarta, kamu juga bisa mengunjungi Dieng via Yogyakarta. Caranya adalah dengan menaiki bus Trans Jogja Rute 2A dan turun di Terminal Jombor. Psst! Harga tiket bus-nya cuman Rp3,500 aja! Murah banget kaaan?!
Nah, dari Terminal Jombor, barulah naik bis dan turun di Terminal Mendolo. Tarif untuk bis AC cuman Rp70.000 aja kok. Kamu tinggal duduk manis antara 3-4 jam sampai tiba di tujuan.
Kamu juga bisa ke Dieng dari Semarang dengan menaiki bus dari Terminal Terboyo menuju Terminal Mendolo dengan harga tiket berkisar antara Rp50.000 sampai Rp100.000 tergantung dari tipe busnya (AC atau non-AC).
Begitu sampai di Terminal Mendolo, satu-satunya cara untuk bisa sampai ke Dieng adalah dengan menggunakan minibus atawa mikro mini. Ongkos minibus-nya nggak mahal sama sekali kok, cuman dengan Rp25.000 saja, kamu sudah bisa berangkat ke Dieng dengan waktu sekitar satu jam sambil menyaksikan pemandangan alam yang scenic banget!
Banyak juga pelancong yang memilih naik kereta ke Dieng dan ada lo jalur kereta dari Jakarta ke Dieng.
Kamu bisa naik kereta Jayakarta jurusan Stasiun Jakarta Kota ke Stasiun Purwokerto di Banyumas, Jawa Tengah. Harga tiket kereta agak lebih mahal dari tiket bus, berkisar antara Rp155.000 sampai Rp275.000, tapi perjalanan menggunakan kereta api bisa jadi lebih berkesan dan menyenangkan buat beberapa wisatawan.
Begitu sampai di Stasiun Purwokerto, kamu meluncur ke Terminal Purwokerto dengan menaiki angkot B2 warna jingga atau orange.
Buat yang males duduk kelamaan di bis atau kereta dan punya lebih banyak cuan dibandingkan milenial kebanyakan (ups), kamu bisa memilih transportasi udara buat ke Dieng.
Dari Jakarta, kamu bisa pilih penerbangan dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Bandara Adi Sutjipto di Yogyakarta. Harga tiket pesawat bervariasi, berkisar Rp1,2 juta, untuk perjalanan selama 4-10 jam, tergantung berapa lama pesawat yang kamu naiki untuk transit.
Selanjutnya, begitu sampai di Bandara Adi Sutjipto, kamu langsung naik Trans Jogja jalur 3A, berhenti di Halte Condongcatur, kemudian lanjut naik Trans Jogja jalur 2A dan turun di Terminal Bus Jombor. Nah, dari Terminal Jombor, barulah naik bis dan turun di Terminal Mendolo.
Detail dari Terminal Mendolo ke Dieng sudah dirinci di atas ya, tinggal ngikutin aja kok. Gampang kan?
Muncul pertanyaan begini: Bro dan sis, gimana semisal gue sama temen-temen bawa mobil atau motor sendiri ke Dieng? Jawabannya: Bisa banget!
Untuk kamu yang memulai perjalanan dari jalur Jalan Pantai Utara (Pantura), sekarang ada jalur alternatif baru yang lagi viral di kalangan wisatawan pemburu pemandangan alam. Nama jalur tembus baru ini adalah jalur Banjarnegara – Batang atau lebih sering disebut Tol Kayangan.
Kok disebutnya Tol Kayangan? Pertanyaan ini akan terjawab kalau kamu melewati jalur ini di waktu pagi atau sore hari. Sepanjang mata memandang, kamu bakal disuguhi hamparan perkebunan, pegunungan, dan lembah yang hijau sepanjang dua kilometer. Nggak cuman melihat panorama alam yang menawan, kalau kamu beruntung, kamu juga bisa melihat kumpulan awan (iya awan!) di kanan dan kiri jalan.
Waah, denger ceritanya langsung berasa jadi dewa dewi yang lagi terbang di kayangan ya? But be careful! Jalur ini sempit, menanjak, dan belum ada pembatas jalannya. Jadi, tetap konsentrasi dan fokus selama melewati jalur ini.
Berhubung berbagai spot wisata di Dieng itu satu kawasan dan saling berdekatan, bisa banget sih keliling Dieng dengan berjalan kaki. Tapi itu untuk yang mau dan kuat jalan ya… Terus gimana dong buat kaum yang memilih keliling pake kendaraan? Kalau bawa kendaraan sendiri sih udah nggak masalah, tapi kalau untuk sobat kismin apa dong solusinya biar bisa puas mengelilingi Dieng?
Sayangnya, di kawasan wisata Dieng masih belum ada transportasi umum yang mengakomodir wisatawan buat mengunjungi satu tempat ke tempat lainnya. Di sana pun, pemerintah setempat belum membangun trek khusus untuk sepeda. Tetapi, kamu masih bisa rental sepeda motor untuk satu hari penuh dengan harga Rp70.000 sampai Rp150.000, tergantung dari jenis motor yang kamu pilih.
Kalau kamu nggak bisa naik motor, kamu bisa juga bayar jasa ojek lokal (ojol). Untuk jasa selama 24 jam, kamu harus merogoh kocek sebesar Rp269.000, sementara untuk menggunakan jasa ojek selama 12 jam, tarifnya Rp169.000. Harga di atas bervariasi dan tergantung vendor tapi paling selisih harganya tipis-tipis sih. Oiya, harga di atas sudah termasuk bensin, abang ojek, biaya makan abang ojek, dan biaya parkir ya!
Kalau diamati, harga sewa jasa ojek memang lebih mahal dari sewa motor, tapi keuntungan dari menggunakan jasa ojek adalah abang ojek ini nggak cuman nganterin kamu, tapi mereka juga sekaligus jadi guide kamu selama menjelajahi Dieng. Buat kamu yang lebih senang ditemani penduduk lokal menyusuri berbagai tempat wisata di Dieng, pakai jasa ojek boleh banget tuh!
Dieng terkenal dengan pemandangan alamnya yang menawan, situs candi yang historik, serta kawah aktif dan danau. Kalau kamu ngerasa penat banget sama kehidupan perkotaan yang itu-itu aja (mall lagi, mall lagi ye kaaaan), Dieng bisa menjadi alternatif pelepas penat dengan kecantikan alamnya.
Ada banyak banget tourism spots yang bisa kamu pilih buat dijelajahi di Dieng. Yuk, di cek dulu daftar tempatnya!
Bukit Sikunir adalah tempat yang cocok untuk kamu penikmat matahari terbit. Tempat ini adalah salah satu destinasi wisata wajib di Dieng karena dari Bukit Sikunir kamu bisa menyaksikan sunrise yang bagus banget lho! Saking bagusnya, banyak yang bilang kalau Bukit Sikunir adalah spot terbaik (diulangi, terbaik!) untuk menyaksikan golden sunrise di Asia Tenggara. Kurang keren apalagi tuh? Lokasinya sekitar 20 menit dari kompleks Candi Arjuna kalau naik motor, jadi sebenarnya nggak jauh-jauh banget yaa.
Pemandangan golden sunrise di puncah Bukit Sikunir
Sumber: Wisatadieng.net
Perjalanan pendakian ke puncak Bukit Sikunir rata-rata memakan waktu 30 menit, jadi kalau mau liat matahari terbit, harus mulai mendaki dari subuh. Oiya, disarankan untuk mengunjungi Bukit Sikunir di musim kemarau bulan Juli sampai Oktober ya, karena di periode itu pemandangannya bakalan super epik kalau dibandingin bulan-bulan lainnya tanpa awan mendung atau kabut tebal.
Selain terkenal sebagai spot untuk menyaksikan golden sunrise dan gunung-gunung, Bukit Sikunir juga tersohor dengan Desa Sembungan yang lokasinya sangat dekat dengan Bukit Sikunir. Desa yang berhimpitan dengan Telaga Cebong ini menawarkan pemandangan yang nggak kalah bagusnya.
Selepas mendaki Bukit Sikunir, yuk mendaki lagi di Bukit Batu Pandang Ratapan Angin. Bukit ini terkenal dengan Batu Pandang Ratapan Angin, di mana kamu bisa betul-betul melihat jelas dan menikmati pemandangan Telaga Warna Dieng dan Telaga Warna Pengilon. Di batu itupun, kamu bisa ber-swafoto dengan panorama kedua telaga sebagai latar foto. Pokoknya instagramable banget! Eh, tapi tetap harus hati-hati ya saat ber-selfie ria karena tebingnya relatif curam. Buat yang agak takut duduk-duduk di batunya, lokasi tersebut sudah menyediakan dek khusus yang aman buat pengunjung buat berfoto.
Pemandangan Telaga Warna Dieng dan Telaga Warna Pengilon dari Batu Pandang Ratapan Angin
Sumber: bukitsikunirdieng.com
Hmm… habis puas ber-selfie ria, rasanya pingin deh menyaksikan keindahan kedua telaga, bukit, dan gunung di sekitar Bukti Batu Pandang Ratapan Angin dari spot lain. Kira-kira ada nggak ya? Ada doong! Terutama untuk kamu wahai kaum adrenaline junkie, ada dua wahana seru sebagai alternatif untuk menikmati keindahan alam di bukit ini.
Pengelola Bukit Batu Pandang Ratapan Angin menyediakan wahana flying fox lo. Buat para adrenaline junkie, cukup merogoh kocek Rp50.000, kamu udah bisa menikmati wahana ini.
Selain flying fox, ada satu lagi wahana yang cukup menarik dan menantang yaitu Jembatan Merah Putih. Jembatan kayu ini ngeri-ngeri sedap, terutama buat yang takut ketinggian, karena jembatan ini dibuat dengan deretan kayu-kayu datar dan tali dan berada 50 meter di atas Batu Pandang Ratapan Angin. Tapi kalau kamu mau berani sedikit, kamu jadi bisa lebih menikmati bukit-bukit hijau dan telaga yang breathtaking banget sembari merasakan hembusan angin sejuk. Untuk keamanan ekstra, pengelola tempat menyediakan helm dan tali pengaman jadi kamu bisa lebih fokus dalam menikmati momen di jembatan dan menjaga keseimbangan. Untuk bisa menyebrangi Jembatan Merah Putih, cukup bayar Rp5.000 aja lho gengs!
Akses menuju Bukit Batu Pandang Ratapan Angin nggak sulit. Kamu diwajibkan membayar Rp3.000 untuk tiket masuk dan parkir kendaraan. Kalau kamu bawa motor dan khawatir helm bakalan hilang, boleh banget pakai jasa penitipan helm dengan biaya cuman Rp2.000 aja. Nah, selanjutnya kamu bakalan sampai di area parkir Dieng Plateau Center dan Bukit Batu Pandang Ratapan Angin. Setelah memarkirkan kendaraan, untuk mencapai Batu Pandang Ratapan Angin, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki melewati perkebunan kentang selama kurang lebih 10 menit. Nah, nanti kamu harus bayar lagi Rp10.000 per orangnya untuk memasuki objek wisata tersebut.
Apakah kamu pendaki pemula? Maka Gunung Prau adalah destinasi yang cocok banget buat kamu! Selain itu, banyak sekali aktivitas yang bisa kamu lakuin di Gunung Prau, mulai dari menikmati view gunung dan bukit, berkemping, hingga stargazing. Pokoknya lengkap!
Menyaksikan sunset di puncak Gunung Prau (sumber twitter @clairei1398)
Gunung Prau mungkin adalah gunung tertinggi di Dieng, tapi jalur pendakiannya tergolong mudah, aman, dan cocok untuk pendaki pemula. Ada banyak jalur yang bisa ditempuh untuk mencapai puncak Gunung Prau, tapi dua jalur yang paling terkenal adalah Jalur Dieng dan Jalur Patak Banteng dengan periode pendakian antara 2-4 jam.
Begitu kamu mencapai puncak Gunung Prau, segeralah berkemping di Bukit Teletubbies. Kumpulan bukit-bukit kecil ini lanskapnya cenderung datar dan tidak rimbun sehingga cocok untuk mendirikan tenda. Nah, bagusnya sih kamu berkemping di Bukit Teletubbies di akhir musim hujan atau menjelang musim kemarau, soalnya di periode tersebut Bukit Teletubbies dipenuhi dengan hamparan bunga Daisy. Kapan lagi ‘kan kemping dikelilingi bunga-bunga cantik?
Kamu juga bisa stargazing atau menikmati sunrise dan sunset dengan penuh khidmat di puncak Gunung Prau. Langit yang memikat dengan telaga-telaga, pepohonan, serta desa di bawah menciptakan lanskap alam yang menawan dan sulit untuk dilewatkan.
Dieng emang nggak pernah kehabisan spot bagus buat wisatawan menikmati indahnya sunrise, sunset, maupun milky way. Bukit Scooter Dieng memang tergolong objek wisata baru di Dieng, tapi populer banget di kalangan pelancong karena lokasinya yang menyuguhkan keindahan alam dan langit Dieng dengan perspektif yang baru. Di Bukit Scooter Dieng, kamu bisa menyaksikan lanskap pedesaan, telaga-telaga, dan candi-candi Hindu berselimut kabut putih tipis yang bikin batin tenang. Pemandangan gunung-gunung ciamik juga buat kamu jadi lebih mengapresiasi alam (ceila bahasanya).
Pemandangan dari Bukit Scooter Dieng (sumber wisatadieng.net)
Sambil menikmati alam, capek juga ya kalau berdiri terus. Tenaang, tempat ini menyediakan gazebo dan tempat duduk beratap unik nan nyaman buat kamu bisa beristirahat sembari menikmati angin sejuk di Dieng.
Kalau kamu pecinta fotografi, jangan lupa mengabadikan momennya dengan kameramu ya, karena pemandangan dari Bukit Scooter Dieng bagusnya udah kayak foto-foto di kartu pos!
Ada lagi nih satu spot wisata di Dieng yang menjadi favorit wisatawan dan nggak boleh kamu lewatkan, yaitu Telaga Warna. Sesuai Namanya, telaga in menampilkan berbagai warna di permukaan airnya, mulai dari hijau tosca, biru laut, kuning, ungu, sampai berwarna-warni bak pelangi, tergantung dari cuaca dan sudut pandang seseorang saat melihat telaga. Penasaran kan kok bisa warna permukaan Telaga Warna bisa berubah-ubah? Itu karena air di telaga ini memiliki kandungan sulfur yang sangat tinggi dan sulfur itu akan membiaskan berbagai macam warna saat terkena sinar matahari.
Telaga Warna dan Telaga Pengilon (sumber diengtrip.com)
Nggak cuman warna-warni permukaan Telaga Warna yang bakal bikin kamu terpukau, kumpulan pepohonan rimbun yang mengelilingi telaga disertai suara burung berkicau berjauhan menciptakan kesan tenteram. Pokoknya kalau kamu di sana dan kebetulan lagi nggak terlalu ramai, rasanya peaceful banget, serasa di dunia ini hanya ada kamu dan Telaga Warna (ceilah…). Nggak heran sih kalau Telaga Warna selalu menarik banyak wisatawan Dieng untuk mengapresiasi keindahannya.
Di sebelah Telaga Warna, ada telaga kembarannya lho, namanya Telaga Pengilon. Bedanya, permukaan air di Telaga Pengilon jerniiih banget sampai bisa dibuat berkaca. Karena kandungan sulfurnya yang sangat rendah, warga sekitar memanfaatkan air di Telaga Pengilon sebagai sumber irigasi ladang tanaman kentang mereka.
Telaga Warna kelihatannya bagus dan asik banget sih buat dieksplor, tapi tertarik buat menjelajahi telaga lain di Dieng yang anti-mainstream dan nggak sepopuler Telaga Warna? Telaga Sidringo atau Dringo bisa jadi spot yang cocok buat kamu yang nggak terlalu suka tempat yang rame dan bisa kemping secara tenang, damai, dan privat tentunya.
Jika dibandingkan Telaga Warna, Telaga Dringo emang nggak sepopuler itu di kalangan wisatawan lokal dan mancanegara. Alasannya adalah akses dan fasilitas yang belum dikelola secara profesional. Akses jalan menuju Telaga Dringo, yang disebut Jalur Cemeti, menanjak dan belum diaspal, sehingga nggak ramah sama mobil biasa atau pengemudi amatiran. Sangat disarankan buat kamu untuk menyewa supir atau driver mobil atau ojek yang terbiasa mengemudi di jalan ekstrem. Masih kurang challenging? Kalaupun kamu berhasil melewati Jalu Cemeti, kamu masih harus berjalan kaki di jalan setapak kecil melewati hutan.
Effort banget ya? Iya sih, tapi semua perjuangan kamu melewati Jalur Cemeti dan jalan di hutan bakal dibayar lunas ketika kamu sampai di Telaga Dringo. Pemandangan alamnya nggak kalah bagus sama Telaga Warna. Nggak percaya? Air Telaga Dringo jernih banget sampai warnanya super bening kayak kulitnya cowo-ciwi Korea, ditambah hamparan bukit-bukit hijau yang mengelilingi telaga dan udara yang segar banget dan bebas polusi. Saking indahnya, Telaga Dringo disebut sebagai telaga terindah di Jawa Tengah lo.
Berkemah di Telaga Dringo (sumber areawonosobo.com)
Aktivitas paling seru selama di Telaga Dringo udah pasti adalah berkemah sambil memancing. Berhubung telaga ini masih sepi, sudah pasti kamu bisa berkemah dengan tenang di sini. Kalau mau melihat sunrise bisa banget. Tinggal mendaki bukit sedikit, kamu udah bisa menikmati matahari terbit, lumayan kan buat bikin inspirasi lirik lagu atau puisi buat si doi? Sehabis menyaksikan matahari terbit, kamu juga bisa memancing lo di telaga ini. Oiya, jangan kaget juga ya kalau melihat ada warga lokal ikut mancing di sana hehehe…
Berhubung akses di Telaga Dringo ini terbatas, pelancong disaranin banget untuk bawa peralatan camping, baju hangat, dan alat memancing sendiri. Repot juga ‘kan kalau lagi butuh sesuatu terus barangnya nggak ada dan nggak tau mau minta atau beli kemana?
Selain kemping di Telaga Dringo, ada lagi nih satu campsite di Dieng yang patut jadi pertimbangan kamu buat kemping, namanya Wana Wisata Petak 9 Dieng. Kok ada nama petaknya sih? Naah, asal nama Petak 9 itu karena daerah tersebut memang dinamai petak ke-9 oleh Perum Perhutani yang mengelola kawasan tersebut. Awalnya daerah itu hanya dijadikan hutan lindung, tapi sekarang kawasan tersebut berubah menjadi hutan lindung untuk melestarikan tanaman endemik Dieng sekaligus sebagai tempat wisata. Kalau udah tau Wana Wisata Petak 9 Dieng ini juga berfungsi sebagai hutan lindung, maka pengunjung harus sendiri untuk tidak merusak lingkungan di sana ya!
Berkemah di Wana Wisata Petak 9 Dieng (sumber wisatadieng.com)
Anyway, di daerah Wana Wisata Petak 9 Dieng, ada bukit namanya Bukit Sidengkeng. Bukit ini sering dipilih wisatawan untuk melihat Telaga Warna dengan lebih jelas. Jalur pendakian ke Bukit Sidengkeng ini gampang banget, palingan cuman jalan kaki 15 menit. Meski begitu, tetap waspada ya, soalnya ada beberapa spot yang dekat sama jurang curam.
Eits, sehabis menyaksikan keindahan Telaga Warna, jangan buru-buru turun bukit dong. Kamu bisa banget tuh berkemah di camping site luas yang sudah disediakan di sana. Saking luasnya, area tersebut bisa menampung 100 tenda lo! Seru banget ya berkemah dengan pemandangan Telaga Warna, apalagi ditemani bunga-bunga endemik cantik sepanjang mata memandang. Udah mirip banget ya sama latar belakang di film-film India hihihi…. Kuch Kuch Hota Hae~
Biasanya kalau pingin menikmati fenomena kawah vulkanik, kamu harus terlebih dahulu mendaki puncak gunung berapi. Tetapi, Kawah Sikidang di Dieng berada di tanah datar sehingga pengunjung dapat dengan mudah menyaksikan kawah vulkanik tanpa perlu bersusah payah menaiki gunung berapi.
Apa sih yang menarik di Kawah Sikidang? Banyak banget! Pertama, kamu bisa melihat kolam lumpur vulkanik yang meletup-letup bak air mendidih disertai dengan kepulan asap putihnya. Perlu diketahui, bau pekat nan menyengat dari lumpur dan asap putih tersebut sangat beracun karena mengandung sulfur atau belerang. Maka itu, pengunjung diharuskan mengenakan masker agar tidak keracunan gas. Kok kayaknya serem ya? Nggak juga sih, asalkan kamu tetap mengikuti protokol keamanan di sana, maka kamu pasti aman dan nyaman selama menyambangi Kawah Sikidang.
Kawah Sikidang (sumber tiket.com)
Selain kawah vulkanik, hal kedua yang menarik di Kawah Sikidang adalah kamu bisa menikmati kentang dan telur yang direbus di kawah belerang kecil. Bahkan, kalau mau, kamu juga bisa merebus sendiri kentang dan telurnya di kawah belakang kecil khusus yang sudah diberi tanda. Proses merebusnya jangan lama-lama ya, cukup lima menit saja, dan kentang dan telurnya sudah bisa kamu nikmati.
Last but not least, baru-baru ini pengelola Kawah Sikidang membangun jembatan kayu sepanjang satu kilometer yang memudahkan wisatawan untuk menikmati Kawah Sikidang dengan lebih nyaman. Jembatan kayu ini juga lagi populer banget karena sangat instagramable. Di beberapa spot jembatan, terdapat lokasi khusus untuk berswafoto. Jembatan ini semakin terlihat menarik saat malam hari karena lampu-lampu kuning yang berkerlip membuat pemandangan di jembatan terlihat lebih romantis.
Belum bisa dibilang udah ke Dieng rasanya kalau belum melipir ke Komplek Candi Arjuna, ya nggak? Selain Telaga Warna dan Bukit Sikunir, Komplek Candi Arjuna di Dieng adalah salah satu destinasi wisata Dieng yang paling populer. Tentu dong, siapa sih yang nggak mau mengetahui dan mengapresiasi warisan sejarah perkembangan agama Hindu di Indonesia?
Kompleks Candi Arjuna (sumber diengbanjarnegara.com)
Kompleks Candi Arjuna adalah komplek candi yang luas. Dengan luas satu hektar, Komplek Candi Arjuna secara rutin digunakan sebagai situs ritual Galungan yang dirayakan oleh umat Hindu dari berbagai daerah di seluruh Indonesia, termasuk Bali. Nah, selain sebagai tempat ritual, Kompleks Candi Arjuna juga disematkan sebagai tempat berlangsungnya acara tahunan Dieng Culture Festival.
Rasanya udah semangat banget nih eksplor Dieng, tapi mulai darimana ya? Tenaaang…. Kamu bisa langsung mengunjungi Dieng Plateau Theater terlebih dahulu sebelum mengunjungi berbagai tourism attractions di Dieng.
Dieng Plateau Theater (sumber facebook @DiengPlateauTheater)
Di Dieng Plateau Theater, kamu bakal tahu Dieng 101 dalam bentuk audio visual dengan durasi 23 menit. Kurang lebih video ini menjelaskan asal muasal dataran tinggi Dieng, kehidupan sosial, adat dan budaya, juga objek wisata yang ada di daerah tersebut. Buat kamu yang bawa temen foreigner, nggak usah khawatir tiba-tiba jadi penerjemah dadakan. Videonya sudah dilengkapi dengan subtitle Bahasa Inggris kok.
Berkemah emang jadi salah satu cara paling asyik buat menikmati keindahan alam Dieng. Tapi nggak ada salahnya dong menginap di penginapan yang tersedia di sana. Sejauh ini, belum ada hotel bintang lima yang berekspansi ke Dieng, tapiii banyak banget hotel lokal, homestay, dan hostel murah yang bisa kamu dan teman-temanmu pilih buat menginap selama berlibur. Yuk cek dulu listnya!
Losmen Bu Djono adalah satu dari sekian banyak penginapan budget -friendly yang populer di kalangan traveler, terutama backpacker. Saking terkenalnya, losmen ini sampai masuk ke daftar Lonely Planet lho, jadi nggak heran kalau banyak juga wisatawan mancanegara yang menginap di sini.
Losmen Bu Djono menyediakan restoran, rental kendaraan, dan jasa guide untuk wisatawan.
Kamar standard Losmen Bu Djono
Sumber: facebook @losmenbudjono
Tani Jiwo Hostel (sumber tripadvisor.com)
Tani Jiwo Hostel akhir-akhir ini lagi hits banget nih. Nggak heran sih, soalnya hostelnya modern, asik dan instagramable banget. Di Tani Jiwo Hostel, kamu bisa pilih shared bedroom dan private bedroom, silakan pilih sesuai selera dan budget. Fasilitas yang tersedia diantaranya ruang komunal, shared kitchen, sarapan gratis, tempat parkir, teras, dan halaman.
Kamar di SPOT ON 2112 Homestay Lestari Dieng (sumber booking.com)
Berada 2,1 kilometer dari Dieng, homestay ini menawarkan pemandangan pegunungan untuk para tamunya. Parkir dan Wi-Fi di sini juga gratis lo…
Kamar di Dahlia Homestay Syariah (sumber thetravelearn.com)
Duh, syariah banget nih? Eits, jangan jiper duluan pas liat namanya. Maksud embel-embel syariah ini cuman buat menekankan kalau mereka nggak nerima tamu cowok dan cewek tinggal satu kamar, selebihnya bebas kok!
Kelebihan homestay ini adalah harganya yang terbilang murah, kondisi kamar yang bersih, ruang komunal yang luas, dan interior rumah yang instagramable.
Charaka Residence Dieng
Sumber: Agoda.com
Selain Tani Jiwo Hostel, Charaka Residence Dieng bisa jadi option selanjutnya buat kamu yang nyari tempat penginapan murah tapi berkesan modern. Penginapan ini menawarkan tipe kamar yang super lengkap, mulai dari standard room (bunk bed) sampai deluxe family room. Fasilitasnya terdiri dari Wi-Fi, sarapan gratis, dan room service 24 jam.
Kamar di Homestay Dieng Fresh
Sumber: Booking.com
Berada 1.4 kilometer dari Dieng, Homestay Dieng Fresh menawarkan ruang makan dan free Wi-Fi. Menu sarapan di sini beragam, mulai dari makanan Asia, makanan halal, dan makanan untuk vegetarian.
Kamar Deluxe Double
Sumber: Booking.com
Hotel berskala mid-range ini menyediakan kamar disertai balkon, teras, dan flat-screen TV. Kamarnya cukup spacious, pun disertai kamar mandi privat yang bersih dan modern.
Kamar di RedDoorz Syariah (sumber agoda.com)
Untuk ukuran hotel di Dieng, RedDoorz Syariah dekat Komplek Candi Arjuna Dieng tergolong mewah. Gimana enggak, fasilitasnya memanjakan tamunya banget, mulai dari AC, TV kabel, shower, free Wi-Fi, dan smoking area.
Homestay HUMAIRA 1 DIENG (sumber booking.com)
Terletak di Banjarnegara, Jawa Tengah, Homestay HUMAIRA 1 DIENG menawarkan beragam fasilitas, seperti balkon, taman, dan area parkir gratis. Homestay ini memiliki tiga kamar tidur terpisah, tiga kamar mandi, dapur dengan kulkas, ruang makan, dan ruang keluarga dengan flat-screen TV. Homestay ini cocok untuk kamu yang berlibur ke Dieng bersama keluarga besar.
Kamar di Homestay Dieng Cool (sumber booking.com)
Menawarkan ruang komunal dan Wi-Fi gratis, Homestay Dieng Cool menghadirkan akomodasi yang oke di Banjarnegara. Setiap ruangannya dilengkapi teras, flat-screen TV dengan channel berbayar, dapur kecil, dan kamar mandi dalam plus shower. Homestay ini juga menyediakan sewa mobil.
Masa udah jauh-jauh ke Dieng tapi belum coba makanan khas Dieng? Mentang-mentang Dieng terkenal dengan produksi kentangnya, jangan piker makanan di daerah ini cuman potato-based ya. Malahan, banyak banget makanan dan minuman khas yang cuman bisa kamu temui di Dieng.
Udara dingin di Dieng jadi pingin makan yang anget-anget berkuah? Mie Ongklok Longkrang jawabannya! Makanan ini terdiri dari mie kuning dengan kuah kental, sayur kol, sate daging sapi, dan tempe mendoan. Perpaduan rasa yang pas dan harmonis antara manis, asin, dan gurih, bikin kamu semangat lagi buat eksplor Dieng.
Mie Ongklok Longkrang (sumber ksmtour.com)
Kepoin deh tempat ini. Kamu gak bakal nyesel. Seafoodnya enak banget, banget, banget. Kepiting, udang atau ikan yang dimasak bumbu asam manis, goreng mentega. Slurppp! Dijamin nagih!
Apalagi yang ingin kamu makan di udara yang dingin di Dieng? Kalau jawabannya ikan bakar, cobalah singgah dulu di Ikan Bakar Cobek Djeng Sri. Dipanggang menggunakan bumbu pilihan, perpaduan rasa asam, pedas, manis, dan gurihnya bikin kamu pengen ngunyah terus! Nggak cuman ikan bakar, restoran ini juga menyuguhkan ayam goreng dan bebek goreng juga loh!
Ikan bakar di Ikan Bakar Cobek Djeng Sri (sumber facebook @ikanbakardjengsri)
Penasaran raja tuh senengnya makan makanan yang kayak gimana sih? Biar bisa ngerasain enaknya makanan raja, nggak usah babibu lagi langsung aja cobain makanan di Rumah Makan Selera Raja. Euh… just kidding sih, makanan di restoran ini makanan biasa kok, tapi serius makanannya enak dan ngangetin badan. Kamu bisa mencicipi masakan yang bervariasi di sini, mulai dari soto sapi, mie ayam, lele goreng, sampai mie ongklok
Rumah Makan Selera Raja (sumber jedadulu.com)
Pamit Coffee menyajikan kopi (yaiyalah cong), tapi bukan sembarang kopi lho! Biji kopi yang digunakan di coffee shop ini adalah biji kopi Ratamba yang dipanen dari para petani di Desa Ratamba, Banjarnegara. Interior kedai kopi yang lebih mirip bar disertai tungku perapian bikin kamu betah berlama-lama nongkrong di sini.
Pamit Coffe (sumber facebook @pamitcoffe)
Unfortunately, di Dieng belum ada bar atau atraksi nightlife lainnya untuk kamu yang nyari hiburan malam di Dieng. Tapi jangan kecewa dulu, setiap tahun ada perayaan Dieng Culture Festival di kawasan Kompleks Candi Arjuna. Perayaan ini selalu diadakan di malam hari lo. Yuk, baca lebih lengkap mengenai Dieng Culture Festival!
Dieng Culture Festival
Dieng Culture Festival biasanya berlangsung selama tiga hari di bulan Agustus. Acara ini dapat dukungan penuh dari pemerintah lho, karena acara ini sudah menjadi agenda budaya tahunan di Dieng dan masuk ke dalam kalender wisata nasional. Gimana, udah mulai kerasa hype-nya belum?
Festival ini dimulai dengan acara musik jazz bertajuk Jazz Atas Awan. Walaupun line-up artisnya nggak se-famous Jazz Gunung di Bromo, tapi Jazz Atas Awan nggak kalah menarik. Walaupun bukan musisi papan atas, tapi lagu-lagu yang dibawain deliver banget dan cocok sama suasana Dieng yang super dingin saat malam hari. Bawaannya jadi pengen pelukan sama doi (kalau dia ada di sebelah ya…) sambil goyang-goyang ngikutin irama lagu. Kurang romantis apalagi sih, kamu sama pasangan dengerin alunan musik jazz sambil dengan siluet bukit dan gunung, candi-candi Hindu sebagai background, dan langit penuh bintang?
Di hari kedua agendanya adalah pertunjukan musik akustik, stand-up comedy, dan diakhiri pesta lampion. Jadi, saat malam hari pengunjung diajak berpartisipasi untuk menerbangkan 5.000 lampion ke langit. Bayangiiinnn bagusnya langit begitu lampion-lampion diterbangkan, udah berasa masuk ke adegan di film “Tangled”!
Pada hari terakhir festival, barulah kamu bisa menyaksikan kearifan lokal. Acara puncak dari Dieng Culture Festival adalah ritual pemotongan rambut anak gimbal. Ada ceritanya nih kenapa sampai ada ritual kayak gini di Dieng. Jadi ya, setiap tahun di Dieng selalu muncul anak-anak berambut gimbal. Konon katanya (nggak usah nyanyi lagu Alam, dengerin dulu ya penjelasannya), anak-anak berambut gimbal ini adalah titisan Kyai Kolodete dan Nini Roro Ronce. Mereka adalah pasangan suami-istri yang diberi tugas oleh Nyai Roro Kidul untuk menjaga kesejahteraan masyarakat di Dieng.
Prosesi ini bisa dibilang sakral dan penuh makna banget buat warga Dieng. Kalau kamu tertarik untuk menyaksikan prosesnya, kamu harus membeli tiket terlebih dahulu. Kalau nggak punya tiket, terpaksa harus nonton dari jauh.
Setelah baca semua info komplit di atas, kiranya kamu udah tau tempat-tempat yang bisa kamu kunjungi, kan? Biar tambah lengkap, ini hal-hal lain yang perlu kamu tahu.
Buat yang nggak punya kendaraan pribadi, sangat disarankan untuk menjelajahi tempat wisata di Dieng dengan menyewa motor/mobil atau menggunakan jasa driver lokal. Ingat ya, jangan pernah meremehkan medan di Dieng. Kalau akses menuju tempat wisata cukup ekstrem, pastikan kamu menyewa jasa driver yang sudah berpengalaman dan menggunakan mobil khusus.
Pastikan kamu bawa uang cash yang cukup selama berwisata di Dieng, soalnya di sana cuman ada ATM BRI dan jumlahnya juga terbatas. Nggak mau kan kalau waktu mau bayar nggak ada duit cash terus ujung-ujungnya ngutang ke temen?
Kamu bisa membeli beberapa makanan khas Dieng yang nggak mungkin bisa ditemukan di tempat lain sebaga oleh-oleh. Wajib banget buat kamu untuk beli buah carica, purwaceng, keripik jamur, dan kentang Dieng.
Cuaca di Dieng itu dinginnya luar biasa, apalagi kalau musim kemarau bisa minus dua derajat! Maka itu, selalu sedia pakaian hangat yang memang diperuntukan untuk dipakai di dataran tinggi. Jangan cuman pakai jaket tebal ya, tapi wajib juga kamu siapin sarung tangan, kupluk, dan kaos kaki supaya badan tetap hangat.
Rumah Sakit RSUD KRT. Setjonegoro Wonosobo
Alamat: Jl. Rumah Sakit No.1, Stasiun, Wonosobo, Jawa Tengah
Contact: (+6286) 321091
Kantor Polisi: Polsek Kejajar Polres Wonosobo
Alamat: Jl. Dieng, Gumelar, Kuripan, Garung, Wonosobo, Jawa Tengah
Contact: (+6286) 3326540
Apotek: Apotek Pharmacya
Alamat: Jl. Telaga Warna, Dieng, Kejajar, Wonosobo, Jawa Tengah
Contact: +685742767533