Mengenal 5 Upacara Adat Jawa Barat yang Penuh Makna
Upacara Adat Jawa Barat - Sebagai negara kepulauan yang memiliki ratusan pulau dengan kondisi alam berbeda-beda, Indonesia mengembangkan berbagai budaya dan adat istiadat. Adapun salah satu daerah yang terkenal akan adat istiadatnya yang kental yaitu Jawa Barat. Di sini kamu bisa menemukan banyak upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat setempat.Upacara-upacara adat tersebut menjadi warisan budaya bangsa dengan nilai-nilai yang begitu berharga bagi kehidupan masyarakat. Baik sebagai wujud syukur atas karunia Tuhan, sebagai simbol kebersamaan masyarakat, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, yuk kenali upacara adat Jawa Barat yang penuh makna berikut agar dapat turut membantu melestarikannya.
Upacara Adat Seren Taun telah ditetapkan sebagai WBTB (Warisan Budaya Tak Benda) tingkat Provinsi Jawa Barat. Masyarakat setempat menggelar upacara adat ini setiap satu tahun sekali biasanya pada tanggal 22 Bulan Rayagung, yakni bulan terakhir dalam kalender Islam atau nama lainnya bulan Dzulhijjah.Tujuan dari upacara adat tersebut adalah untuk mengungkapkan rasa syukur masyarakat terhadap hasil panen. Selain itu, upacara ini dilakukan dengan harapan supaya panen yang dilakukan selanjutnya juga sukses. Sebelum Seren Taun berlangsung, pemuka adat serta tetua kampung akan melakukan prosesi ritual Neteupken di malam hari tanggal 18 Rayagung untuk menetapkan hari yang tepat dalam menggelar upacara adat. Setelah Neteupken dilakukan dengan cara bermusyawarah dan berdoa, keesokan harinya dilanjutkan dengan ziarah ke makam para leluhur yang disebut sebagai ritual Ngembang. Selanjutnya dilanjutkan dengan Pesta Dadung sebagai ungkapan kecintaan petani dalam pekerjaan mereka.Ritual ketiga kemudian dilaksanakan tanggal 21 Rayagung, dimana masyarakat akan berdoa sesuai dengan kepercayaan masing-masing yang disebut malam kidung spiritual. Dan yang terakhir adalah prosesi puncak Seren Taun tanggal 22 Rayagung, hasil bumi akan dipersembahkan dan diakhiri dengan pesta makan bersama.
Upacara Adat Seren Taun (Sumber: radarkuningan.disway.id)
2. Upacara Adat Ngaruwat Bumi
Upacara adat Jawa Barat yang penuh makna lainnya yaitu Ngaruwat Bumi. Sesuai namanya yaitu ‘Ngarawat’ yang berarti memelihara atau mengumpulkan, makna dari upacara adat ini adalah sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat atas hasil bumi yang diperoleh. Di samping itu, Ngaruwat Bumi juga dilakukan sebagai bentuk penghormatan atas para leluhur. Upacara adat tersebut sering diadakan sebelum musim tanam dimulai, dengan harapan memohon kesuburan dan berkah bagi tanah pertanian. Tepatnya dilakukan di bulan Muharram atau bulan September, sekitar tanggal 4-5 September dan dilakukan selama dua hari berturut-turut.Di hari pertama, akan dilakukan prosesi Mintebeyan Numbal dengan cara menyembelih kambing di tempat yang berdekatan sumber air. Prosesi dilanjutkan dengan Ijab Kabul mengucap syukur dan Hajat Buruan, yakni masyarakat datang membawa nasi kuning dan air yang selanjutnya dibagikan secara merata.Prosesi ritual Ngaruwat Bumi di hari kedua tidak jauh berbeda seperti hari pertama, selain itu para petani akan melakukan doa bersama sebelum lahan siap ditanami dengan berbagai jenis tanaman.
Upacara Adat Ngaruwat Bumi (Sumber: kompas.id)
3. Upacara Adat Tembuni
Tembuni merupakan upacara adat Jawa Barat yang penuh makna karena terkait dengan kelahiran bayi. Kata ‘Tembuni’ sendiri merujuk pada plasenta atau ari-ari bayi, yang oleh masyarakat Sunda dianggap sebagai saudara dari bayi yang baru lahir.Oleh karena itu, ada cara khusus untuk menangani tembuni dan tidak bisa dibuang secara sembarangan. Upacara adat Tembuni dilakukan dengan tujuan memelihara plasenta tersebut supaya bayi bisa selamat dan berbahagia.Jadi ari-ari bayi akan dibersihkan terlebih dahulu dan dimasukkan ke dalam kendi atau pendil. Sebelum itu, kendi akan diberi bumbu-bumbu yang berisikan gula merah, asam, dan garam. Kendi kemudian ditutup dengan kain putih, namun tetap menyisakan lubang kecil yang dibuat dengan bambu supaya udara tetap bisa masuk. Setelah itu, plasenta yang sudah disimpan dalam kendi akan dihanyutkan ke sungai atau dikubur di halaman rumah. Saat melakukan prosesi terakhir, dukun bersalin atau paraji akan membacakan doa untuk meminta keselamatan.
Upacara adat Jawa Barat yang penuh makna berikutnya adalah Nadran. Tradisi tersebut dilakukan oleh masyarakat pesisir Jawa Barat, khususnya di daerah Cirebon, Subang, dan Indramayu.Tujuan dari dilakukannya upacara adat tersebut yaitu untuk mengungkapkan rasa syukur atas hasil tangkapan ikan, sekaligus untuk memohon perlindungan dari makhluk-makhluk halus yang ada di lautan. Dengan melakukan tradisi Nadran, masyarakat juga berharap adanya peningkatan rejeki pada tahun mendatang. Upacara adat Nadran sendiri dikenal pula dengan istilah pesta laut. Dimana warga setempat akan menyiapkan beberapa sesajen yang disimpan di kapal, kemudian dilarung ke laut sebagai persembahan. Sesajen ini berupa kue, pisang, rokok, kelapa kerbau. Jeroan kambing, dan lain-lain.
Upacara Adat Nadran (Sumber: republika.co.id)
5. Upacara Adat Nenjrag Bumi
Selanjutnya ada upacara adat Nenjrag Bumi yang juga punya makna mendalam bagi masyarakat Jawa Barat, khususnya suku Sunda. Tradisi ini dilakukan untuk menyambut kelahiran seorang anak dan mengenalkannya pada alam semesta.Dengan melakukan upacara adat tersebut, harapannya sang anak nanti tidak akan gampang kaget dan ketakutan, sehingga ia bisa menjadi generasi penerus yang tangguh serta pemberani.Selama Nenjrag Bumi berlangsung, ada dua cara prosesi yang dapat dilakukan. Yang pertama yaitu meletakkan bayi di alas yang terbuat dari bambu yang dibelah-belah atau disebut pelupuh. Kemudian, ibu bayi akan menghentakkan kaki ke puluh bambu sebanyak tujuh kali.Sementara cara kedua bayi akan diletakkan di lantai yang beralaskan pelupuh bambu, lalu alu (alat untuk menumbuk padi) dipukulkan ke lokasi yang dekat dengan bayi sebanyak tujuh kali.
Upacara Adat Nenjrag Bumi (Sumber: goodnewsfromindonesia.id)
Itu dia lima upacara adat Jawa Barat yang penuh makna. Masyarakat setempat telah melakukan tradisi tersebut selama turun-temurun, dan itu telah menjadi warisan budaya yang memiliki banyak nilai penting sehingga patut dilestarikan.